SHOPEE AFFILIATES

SHOPEE AFFILIATES
KLIK GAMBAR GABUNG SEKARANG JUGA

FALSAFAH PENDIDIKAN BARAT EKSISTENSIALISME



FALSAFAH PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
Disediakan Oleh : Zulfahmi (PGZ110002)

A.   PENGENALAN
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam falsafah, khususnya tradisi falsafah Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah soal kebebasan. Eksistensialisme adalah aliran falsafah yang pahamnya berpusat pada manusia atau individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialisme sedar bahawa kebenaran bersifat relatif, dan kerananya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

B.   LATAR BELAKANG
Eksistensialisme adalah salah satu pendatang baru dalam aliran falsafah. Eksistensialisme lahir pada abad 20, Eksistensialisme lebih memusatkan kepada sastra dan seni daripada falsafah am. Tidak diragukan bahawa eksistensialisme memusatkan perhatiannya pada emosi manusia daripada pikiran.
Eksistensialisme tidak mesti dipandang sebagai sebuah aliran falsafah dalam erti yang sama  sebagaimana falsafah sebelumnya. Eksistensialisme mempunyai  ciri:
  1. penolakan untuk dimasukkan dalam aliran falsafah tertentu.
  2. tidak mengakui adekuasi sistem falsafah dan ajaran keyakinan (agama).
  3. sangat  tidak puas  dengan sistem falsafah tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jauh dari kehidupan.
Individualisme adalah pilar sentral dari eksistensialisme. Kaum eksistensialis tidak mengakui sesuatu itu sebagai bagian dari tujuan alam raya ini. Hanya manusia yang individual yang mempunyai tujuan.
Eksistensialisme berakar pada karya Soren Kierkegaard (1813-1855) dan Friedrich Nietzsche (1844-1900). Kedua orang ini bereaksi terhadap impersonalisme dan formalisme dari ajaran Kristen dan filsafat spekulatif Hegel. Kierkegaard mencoba merevitalisasi ajaran Kristen dari  dalam dengan memberi tempat pada individu dan peran pilihan dan komitmen pribadi. Pada sisi lain, Nietzsche menolak Kekristenan, menyatakan kematian Tuhan dan memperkenalkan ajarannya tentang superman (manusia super).
Eksistensialisme telah berpengaruh  khususnya sejak perang  dunia II. Pencarian kembali akan  makna menjadi penting dalam dunia yang telah menderita depresi berkepanjangan dan diperparah dengan dua perang dunia yang dampaknya ternyata sangat besar. Hal ini kemudian menjadi pemicu bagi kaum eksistensialis memperbaharui pencarian akan makna dan signifikansi sebagai akibat dari adanya dampak sistem industri modern yang mendehumanisasikan manusia. Eksistensialisme merupakan penolakan yang luas terhadap masyarakat yang telah merampas individualitas manusia. Juru bicara eksistensialisme yang berpengaruh pada abad XX termasuk  adalah Karl Jaspers, Gabriel Marcel, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre dan Albert Camus.
Sebagai pendatang baru dalam dunia filsafat, eksistensialisme memfokuskan utamanya pada masalah filsafat  dan belum begitu eksplisit terhadap praktik-praktik pendidikan. Beberapa pengecualian ditemukan pada tokoh-tokoh seperti Martin Buber, Maxine Greene, George Kneller dan Van Cleve Morris. Eksistensialisme bukanlah filsafat yang sistematis, tetapi memberi semangat dan sikap yang dapat diterapkan dalam usaha pendidikan.
C.   ONTOLOGI EKSISTENSIALISME
Pemikiran aliran eksistensialisme menyebutkan bahawa manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeza antara manusia satu dengan manusia lainnya. Dalam hal ini telaah manusia diarahkan pada individualiti manusia sebagai unit analisisnya. Dan berfokus pada pengalaman-pengalaman individu yang diantaranya :
1.    Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.
2.    Menekankan data fakta dengan kurikulum bercorak vokasional.
3.    Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik.
4.    Pola orientasinya pada skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks.
5.    Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.
6.    Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
7.    Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang dialami.
Secara umum eksistensialisme menekankan pada kreatifiti, subjektif pengalaman manusia dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realita. Eksistensialisme lebih memperhatikan pemahaman makna dan tujuan hidup manusia ketimbang melakukan pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah dan metafisika tentang alam semesta. Kebebasan individu sebagai milik manusia adalah sesuatu yang paling utama karena individu memiliki sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri. Jadi, falsafah pendidikan eksistensialisme iaitu falsafah yang memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara otentik yang ertinya setiap manusia mempunyai tanggungjawab dan kesedaran diri untuk mereka sendiri.

D.   EPISTIMOLOGI EKSISTENSIALISME
Aliran fahaman eksistensialisme, falsafah pendidikan Barat yang berasaskan naturalism Rousseau dan mazhab humanis, adalah dipelopori oleh Carl Rogers (1902-1987), dengan mengutamakan pembelajaran kendiri dan bukan ilmu pengetahuan.

E.   AKSIOLOGI EKSISTENSIALISME
Permainan yang mempunyai unsur kreatif dan pendidikan seni mengandungi nilai etika dan estetika yang tinggi, kerana kedua-duanya membongkar konflik di antara individualiti dengan alam persekitaran, mencetuskan perasaan dan emosi murid, dan oleh itu membolehkan pelajar mengembangkan potensi mereka dengan sempurna.
Menurut Kierkegaard, Don Juan seorang tokoh dalam opera Mozart, Faust seorang tokoh ciptaan Goethe, dan Ahasuerus seorang Yahudi merupakan perwakilan dari rasa kebosanan dan putus asa. Misalnya: Don Juan memiliki rasa kebosanan dan putus asa kerana apa yang dia nikmati terus menerus terulang. Demikian pula dengan Faust yang menghadapi berbagai tantangan merasa ragu apakah dia mampu untuk menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Sedangkan Ahasueres menurut Kierkegaard merupakan personifikasi dari putus asa kerana ia memiliki realitas hidup yang tidak jelas.
Orang-orang yang hidup pada tahap eksistensi ini memiliki ciri-ciri :
Pertama, mereka lebih mengutamakan mengutamakan kepuasan (plaisure) baik fisik maupun batin. Maka, motivasi dasar perilaku mereka adalah mencari kepuasan. Mereka cenderung membiarkan dirinya dikuasai oleh naluri-naluri sensual dan mood.
Kedua, mereka tidak memiliki komitmen pada realitas konkret. Ertinya mereka cenderung melihat kenyataan selalu dalam jarak dan imajinasi. Maka tidak hairan hidup mereka dengan refleksi tentang tata nilai, soal nasib buruk yang menimpa umat manusia, perihal hidup bersama yang harmonis dalam perbezaan, dan sebagainya.
Ketiga, mereka cenderung mengelak dari antusiasme yang lebih mendalam. Mereka takut terlibat pada sesuatu yang menuntut lebih seperti loyalitas pada organisasi tertentu. Dengan berorganisasi mereka tak mau dituntut untuk mengikuti aturan main yang ada dalam organisasi bersangkutan. Ini bererti mereka tidak mau mengikatkan diri pada standar moral tertentu.

F.    PANDANGAN TENTANG PENDIDIKAN
a.    Tujuan Pendidikan
1)    Mendorong setiap Individu agar berkeupayaan mengembangkan potensinya untuk pemenuhan diri.
2)    Implikasi falsafah ekstesialisme dalam pendidikan.
3)    Memberikan bekal pengalaman  yang luas dan menyeluruh dalam aspek kehidupan.
b.    Pelajar
Ahli-ahli eksistensialisme berpendapat murid tidak patut mengorbankan individuality mereka untuk memperolehi ilmu pengetahuan. Maka pembelajaran yang berkesan harus mempunyai makna kepada individu yang berkenaan. Hanya melalui cara ini, murid barulah berupaya bertindak berdasarkan ilmu pengetahuan dan kefahamannya dalam situasi mengikut masa dan keadaan yang sesuai.
c.    Kurikulum
Mereka menekankan kurikulum yang menjadi fokus utama hendaklah dipindahkan daripada perkara alam dunia kepada dunia personality. Ini bermakna bahan pembelajaran, cara belajar, kuantiti pembelajaran, dan nilai-nilainya hendaklah ditentukan oleh murid kendiri. Pemilihan dengan tepat atau silap adalah tanggungjawab murid kendiri. Guru hendaklah menghormati pandangan dan pemilihan murid dan tidak patut memaksa murid menerima nilainya.
d.    Sekolah
Sekolah menyediakan peluang untuk murid menemui diri kendiri dan memupuk kemahiran berpikir secara reflektif untuk menilai diri serta keupayaan disiplin diri. Amalan falsafah pendidikan ekstensialisme  banyak didapati daripada sekolah-sekolah terbuka di Amerika Serikat, Taiwan, Jepun, dan model sekolah Summerhill di United Kingdom.

RUJUKAN :
1.    Harun Hadiwijono, (1980), Sari Sejarah Filsafat II. Kanisius, Yogyakarta.
2.    Muzairi, (2002), Eksistensialisme Jean Paul Sartre, Pustaka Pelajar,  Yogyakarta.
3.    Kartle dan Solomon R. Robert. (2000), Sejarah Filsafat, Yayasan Benteng Budaya, Yogyakarta.
4.    Uyoh Sadullah, (2003), Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
5.    Suparlan Suhartono, (2005), Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ruzz Media, Jogjakarta
Stephen Palmquis, (2007), Pohon filsafat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "FALSAFAH PENDIDIKAN BARAT EKSISTENSIALISME"

Posting Komentar